Saturday 25 September 2010
NgenTube: Video NgenTube - Cewek Toge di Gangbang di Hotel
Wednesday 25 March 2009
Kembalikan Budaya Oadatan
By. Ronald Mokoginta
Tidak terasa Bolaang Mongondow sudah berusia 55 tahun. Bila ditarik ke belakang, penduduk Bolaang Mongondow sebenarnya berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata, serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Setelah zaman berganti, dari daerah kerajaan, 23 Maret 1954 Bolmong resmi menjadi daerah otonom, lewat PP 24 tahun 1954. Seiring dengan perputaran waktu: orde lama, orde baru, orde reformasi, hingga kini otonomi daerah, Bolmong sudah mekar menjadi 5 kabupaten/kota: Bolmong, Bolmut, Kota Kotamobagu, Bolsel, dan Boltim.
Namun teringat dengan berbagai cerita orang tua dulu, Kotamobagu (KK) merupakan pusat pemerintahan kerajaan sebelum Bolaang yang merupakan tempat kedudukan istana raja. Sejak UU Mokoagow diangkat sebagai bupati Bolmong (1972) simbol kerajaan dan tempat muasyawarah para raja dipelihara. Seperti tempat tinggal raja di kawasan Perkantoran Camat Kotamobagu Timur (Kotobangon), serta rumah adat raja yang sekarang dinamakan Gedung Bobakidan.
Namun, sayang berbagai peninggalan yang ada di tempat-tempat itu hilang entah kemana: pakaian adat dan seluruh pernak-pernik kerajaan amblas. Padahal, dari pernak pernik itu ada simbol-simbol eks swapraja. Bahkan simbol kerajaan tidak tampak di Bolmong, padahal sejak Datu Mokodoludut, raja pertama Mongondow sudah mengajarkan kebersamaan dan kekeluargaan. Zaman Tadohe yang tidak terlepas pada ajaran Kinalang (pemerintahan) dan Paloko’ (rakyat).
Kini untuk membangun simbol-simbol kejayaan kerajaan itu, harus dilakukan mulai sekarang. Jangan sampai leluhur akan marah karena peninggalan mereka sudah habis. Satu kalimat yang pas adalah: “kembalikan adat bo oadatan”. Bila perlu ada peraturan daerah (hukum lokal) tentang lembaga adat.
Kemeriahan peryaan HUT tidak menjadi ukuran, tetapi yang terpenting adalah para elit harus satu ide Motobatu’, Molintak Kon Totabuan (bersatu mengangkat dan meningkatkan pembangunan tanah leluhur). 5 pimpinan Bolmong Bersatu selalu tetap mengakar pada semboyan mototompian (saling memperbaiki), mototabian (saling mengasihi), bo mototanoban (saling merindukan) Juga mooaheran (hidup bertoleransi), mobobangkalan (saling menyegani) dan mooadatan (saling menghargai dan menghormati adat istiadat). Dirgahayu Bolmong, semoga tetap jaya.
Sumber: mdopost.com
Saturday 14 March 2009
Kaligrafi Huruf Arab di Bumi Totabuan
Gambar 1
Terlihat masih samar-samar gambar ini dari ketinggian 10 km, sebelah kiri atas adalah Bongkudai sedangkan PT. Avocet ada di sebelah kanan
Gambar 2
Gambar ini dari ketinggian 6,29 km adalah wilayah pertambangan PT. Avocet di Kecamatan Modayag kaligrafinya belum begitu jelas (di bagian bawah kiri Base Camp PT. Avocet)
Gambar 3
Gambar ini dari ketinggian 3,62 km, mulai tampak bentuk kaligrafinya pada bagian bawah kiri base camp PT. Avocet
Gambar 4
Gambar ini dari ketiggian 2,32 km, semakin jelas kaligrafinya di bagian kiri bawah. Bagian atasnya adalah wilayah base camp tambang PT. Avocet
Gambar 5
Gambar ini dari ketinggian 1,38 km, sudah tampak kaligrafinya membentuk kata"Allah" dan "Muhammad" dalam bahasa Arab...lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 6
Gambar ini adalah gambar yang sama dengan gambar di atas, hanya saya beri tambahan penjelasan tentang letak kaligrafinya. Tulisan warna merah adalah bentuk yang saya ikuti dari bentuk kalifrafi di atasnya. Pada bagian atas kanan adalah base camp perusahaan tambang PT. Avocet Bolaang Mongondow. Jika ingin melihat sendiri dengan Google Earth catat/ingat posisi koordinatnya dapat dilihat pada sudut kiri bawah gambar.
By. Deddy Damopolii
About WOC 2009 and Bolaang Mongondow
The terrain is extremely mountainous and hilly, stretching from Lembean - Wulur Mahatus mountain chain (in Minahasa) continuing to Mount Ambang- Mount Gambuta (in Bolaang Mongondow). In Sangihe Talaud there are both active and extinct volcanoes, some towering 1,800 - 2,000 meters. Rich volcanic ash has blessed North Sulawesi with fertile lands; the highlands and lowlands producing rice, coconut, clove, nutmeg, vanilla and vegetables. The plains produce rice and corn in Dumoga, Ayong and Sangkub (Bolaang Mongondow). Plateaus in Tondano (Minahasa) also produce rice and corn, while Modoinding is know for its vegetables. Sangihe Talaud is recognized for its high quality nutmeg and Rumbia Trees (Sago Palm the source of a special flour for traditional cookies/snack). North Sulawesi is also endowed with many lakes like Lake Tondano and Lake Moat. The rivers like Ongkag Mongondow, Ongkag Dumoga, Sungai Sangkub, Randangan, Bulia and others are utilized mostly for irrigation of the ricefields. The Tondano River is used to generate electrical power for Manado and Minahasa regions.
Like other regions in Indonesia, North Sulawesi has a typical equatorial climate with two seasons: rainy and dry. Starting in September, cool Northwesterly winds pick up moisture while crossing the South China Sea and arrive in the Sulawesi Sea, about November. The wet season lasts from about November to March, and the dry season April to October. The total number of rain days is 90-130 days with approximately 3.000 mm average annual rainfall. The average temperature is 26 Celsius with the average humidity being 80%. The great 19th century naturalist, Alfred Russel Wallace (1823-1913) was the first to observe that the Indonesia archipelago is inhabited by two distinct sets of wildlife. Wallace's Line, as this boundary is still known, is drawn between Bali and Lombok and between Kalimantan and Sulawesi, and continues South of the Philippines and North of Hawaii to mark the difference in the fauna and flora which belonged to the separate land masses in the last ice age. Indigenous to Sulawesi are the Anoa (dwarf buffalo), Babi Rusa (a wilds boar with tusks growing through the roof of its mouth), black tailless macaques, kuskus, maleo bird (which incubates its 250 gram eggs in mounds of soil warmed by sunlight, hot springs or volcanic vents), tarsier (tarsius spectrum -world's smallest primate) with its head and body length of just 10 cm, brightly colored Red - knobbed Hornbill, etc. Many of these species may seen in Tangkoko Batuangus Nature Reserve and Bogani Nani Wartabone (formerly known as Dumoga Bone) National Park.
Article Source: www.woc2009.org/sulut_history.php
Friday 13 March 2009
14 Parpol Terancam Sanksi
Swara Kita, Bolmong—KPU Bolmong memang telah menerima nonor rekening dari 34 Partai Politik (Parpol) peserta Pemilu di daerah ini. Sayangnya, baru 20 parpol yang turut memasukkan dana awal kampanye, dan sementara 14 Parpol lainnya belum memasukkan hingga Kamis (12/3)kemarin. Untuk itu, KPU memberikan toleransi sampai hari Sabtu (14/3) nanti.
“Nomor rekening saja belum cukup, harus dimasukan laporan tentang dana awal kampanye. Jika sampai hari Sabtu pekan ini, masih ada yang tidak memasukkan dana awal kampanye, maka terpaksa kami akan memfinalti. Keikutsertaan mereka di Pemilu 2009 khusus di wilayah Bolmong akan dibatalkan,” tegas Ketua Divisi Hukum dan Kampanye KPU Bolmong, Junius Mokoginta.
Dikatakan, nomor rekening dan dana awal kampanye setiap parpol akan disusun oleh KPU, kemudian dilaporkan kepada KPU pusat pekan depan.
Sementara itu, dari data 20 parpol yang telah memasukkan dana awal kampanye, PKS Bolmong memiliki dana terbesar yakni Rp 8.670.000. Sedangkan Parpol pemilik dana kampanye yang paling sedikit adalah Partai Patriot dengan hanya Rp 50 ribu. Bahkan partai milik Presiden SBY saja, Partai Demokrat, hanya memiliki dana Rp 300 ribu.
Ironinya, tiga parpoil besar di Bolmong yang memiliki fraksi utuh di dewan, masing-masing Partai Golkar, PDIP dan PAN, belum kunjung memasukkan dana awal kampanye. Sekretaris DPD PG Bolmong Irwan Thalib SSos, ketika dikonfirmasi me-ngatakan, pihaknya sudah me-nyerahkan itu kepada benda-hara DPD PG Bolmong, Hj Su-mardiah Modeong. “Silahkan tanya saja kepada Bendahara DPD, apakah sudah melaporkan ke KPU atau belum. Setahu ka-mi, soal dana awal kampanye, tidak masalah lagi,” katanya.(esbe)
Sumber: www.swarakita-manado.com, 13 Maret 2009
Persiapan Pemilu
Swara Kita, Bolmong—Tak kurang dari 915.304 lembar kertas suara tiba di Sekretariat KPU Bolmong, Kamis (12/3). Kertas suara ini selanjutnya akan dibongkar dalam packing-nya untuk kemudian dilipat, dan didistribusikan bersama dengan logistik KPU lainnya, pada H-7 alias tujuh hari sebelum tanggal 9 April 2009. Sembilan ratus ribu lebih kertas suara itu terbagi dalam empat jenis, yakni untuk DPRD kabupaten, DPRD Provinsi, DPR Ri dan DPD.
Menurut Ketua KPU Bolmong Uyun Pangalima, masding-masing jenis kertas suara itu berjumlah 224.339 lembar, ditambah 2 persen (4487 lembar) sehingga totalnya berjumlah 228.286.
“Perhitungan jumlah kertas suara, termasuk pengecekan yang rusak, akan dilakukan akhir pekan ini, setelah Ketua Divisi Logistik (sebelumnya Pokja Logistik,red) Pak Wayan Tapayusa tiba dari Jakarta,” kata Pangalima.
Jika ditemukan kertas suara yang rusak, lanjut Pangalima, maka KPU Bolmong akan mengajukan permohonan kepada KPU Pusat untuk menggantinya. “Perlu diketahui, bahwa suara suara ini dari Jakarta sampai ke KPU, adalah tanggung jawab dari perusahaan pemenang tender. Jadi kalau ada kerusakan pada perhitungan kami, tetap akan diganti,” kata Pangalima lagi.
Ditambahkan Uyun, masih ada dua jenis logistik pemilu yang tiban di KPU Bolmong pekan ini, yakni bilik suara dan formulir-formulir. “Hasil koordinasinya, esok akan didrop ke KPU Bolmong,” ujarnya.(esbe)
Sumber: www.swarakita-manado.com, 13 Maret 2009
Bolsel Usul 830 CPNS
Manado Post, Bolsel—Untuk memenuhi kekurangan personil, dalam perekrutan CPNS tahun ini Pemkab Bolmong Selatan mengusulkan 830 orang. Dari Jumlah ini tenaga pendidik yang mendominasi dengan jumlah sekitar 300 orang, dan telah diusulkan ke MenPAN. “Kita sangat kekurangan guru, makanya Bolsel mengusulkan sebanyak itu. Jumlah tersebut sudah sesuai dengan perhitungan kebutuhan kita,” kata Asisten II Setkab Bolsel Drs Denny Mangala MSi, kemarin.
Selain guru, tenaga medis juga mendapat porsi usulan yang besar, sebanyak 200-an orang. “Yang direkrut akan ditempatkan untuk memperkuat pelayanan di seluruh puskesmas, terutama dokter-nya,” tambah mantan Kabag Pemerintahan Setprov Sulut ini.
Yang dibutuhkan juga, tambah Mangala, adalah lulusan akuntasi untuk tenaga teknis keuangan. “Supaya dari awal sudah tertata baik sistim keuangannya. Kami juga sudah kerjasama dengan BPKP untuk pendampingan,” katanya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Bolsel Arudji Mongilong mengungkapkan, pekan depan Pemkab Bolsel akan mengisi jabatan eselon III dan IV yang masih kosong saat ini. “Semua SKPD kami akan isi. Ini agak terlambat karena kami ketat melakukan seleksi pangkat dan golongan calon pejabat yang akan isi jabatan itu,” kata Mongilong didampingi Mangala. (irz)
Sumber: Manado Post, 13 Maret 2009